Tembikar, salah satu bentuk seni visual, adalah kerajinan membuat benda dari tanah liat dan bahan keramik lainnya dengan cara dibentuk dan kemudian dibakar pada suhu tinggi untuk menghasilkan bentuk yang kokoh dan tahan lama. Ini adalah salah satu penemuan manusia tertua, yang berasal sebelum periode Neolitikum, dan berasal dari tahun 18.000 SM. Selama berabad-abad, tembikar telah menjadi ekspresi artistik sekaligus kebutuhan fungsional, yang mencakup beragam teknik, gaya, dan makna budaya.
Tanah liat adalah bahan utama yang digunakan dalam tembikar. Sifatnya yang unik, seperti plastisitas saat basah dan kekuatan saat ditembakkan, menjadikannya media yang ideal untuk membuat berbagai macam objek. Tanah liat tersusun dari partikel mineral halus, dan kualitasnya dapat bervariasi tergantung pada komposisi mineral tersebut. Untuk tembikar, jenis tanah liat yang paling umum adalah gerabah, periuk, dan porselen, masing-masing memiliki sifat dan suhu pembakaran yang berbeda.
Persiapan Tanah Liat: Prosesnya dimulai dengan menyiapkan tanah liat, yang melibatkan pengadukan untuk menghilangkan gelembung udara dan memastikan konsistensi seragam. Langkah ini penting untuk mencegah retaknya potongan yang sudah jadi selama proses pembakaran.
Pembentukan: Setelah disiapkan, tanah liat bisa dibentuk. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti pembuatan tangan—menggunakan teknik seperti mencubit, melingkar, dan membuat pelat—atau dengan melempar roda tembikar, yang memungkinkan terciptanya potongan-potongan yang simetris.
Pengeringan: Setelah dibentuk, potongan perlu dikeringkan secara perlahan untuk mencegah melengkung atau retak. Meskipun waktunya bisa berbeda-beda, tujuan umumnya adalah agar tanah liat mencapai kondisi sekeras kulit, yang masih sedikit mudah dibentuk namun tetap mempertahankan bentuknya.
Penembakan: Potongan kering kemudian dibakar di tempat pembakaran, oven khusus yang digunakan untuk tembikar. Proses pembakaran akan mengeraskan tanah liat sehingga tahan lama dan permanen. Suhu yang dibutuhkan bisa sangat bervariasi, biasanya antara \(1,000^\circ C\) dan \(1,250^\circ C\) untuk gerabah dan hingga \(1,450^\circ C\) untuk porselen.
Kaca: Dalam banyak kasus, tembikar kemudian diglasir. Glasir adalah lapisan seperti kaca yang dapat menambah warna, tekstur, dan kedap air pada suatu benda. Ini diterapkan pada tembikar berbahan bakar bisque dan dibakar lagi, yang melelehkan glasir ke permukaan, menciptakan hasil akhir seperti kaca.
Tembikar: Ini adalah salah satu jenis tembikar tertua, yang dibakar pada suhu lebih rendah daripada periuk atau porselen. Seringkali lebih berpori dan kurang tahan lama namun memiliki tampilan yang hangat dan kasar.
Stoneware: Stoneware dibakar pada suhu yang lebih tinggi, sehingga lebih tahan lama dan tahan air bahkan tanpa glasir. Biasanya digunakan untuk perlengkapan sehari-hari karena kekuatan dan daya tahannya.
Porselen: Dikenal karena kualitas dan kekuatannya yang bagus, porselen dibakar pada suhu tertinggi. Biasanya berwarna putih dan tembus cahaya, dihargai karena keindahan dan keanggunannya.
Tembikar tidak hanya fungsional tetapi juga merupakan bentuk seni, yang memungkinkan kreativitas tanpa akhir dalam dekorasinya. Tekniknya meliputi:
Tembikar memegang tempat penting dalam banyak kebudayaan di seluruh dunia, mencerminkan tradisi, sejarah, dan nilai-nilai sosial mereka. Pada zaman dahulu, tembikar tidak hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari tetapi juga dalam ritual dan sebagai barang penguburan. Gaya, motif, dan tekniknya bisa sangat bervariasi antar budaya, sehingga memberikan wawasan tentang kemajuan teknologi dan interaksinya dengan lingkungan. Tembikar tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya, dengan praktik tradisional yang dilestarikan dan dirayakan secara global.
Saat ini, tembikar terus berkembang baik sebagai kerajinan maupun bentuk seni. Inovasi dalam bahan dan teknik telah memperluas kemungkinan seni keramik, menghasilkan bentuk dan tekstur yang luar biasa dan seringkali tidak terduga. Seniman kontemporer mengeksplorasi beragam tema, dari fungsional hingga estetika murni, mendorong batas-batas tembikar tradisional. Evolusi yang sedang berlangsung ini mencerminkan daya tarik tembikar yang bertahan lama dan kemampuannya memadukan kegunaan dengan keindahan, tradisi dengan inovasi.
Sebagai salah satu bentuk seni visual, tembikar mewujudkan kreativitas dan keterampilan manusia, menawarkan hubungan nyata dengan masa lalu sambil terus berkembang. Baik melalui keindahan sederhana dari mug buatan tangan atau desain vas porselen yang rumit, tembikar mengundang apresiasi baik dari bahan maupun pembuatnya. Hal ini berfungsi sebagai pengingat akan kekayaan budaya dan keragaman masyarakat manusia, dan dorongan bersama manusia untuk menciptakan objek keindahan dan kegunaan dari bumi itu sendiri.